BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 12 Januari 2010

PERAN MAHASISWA ISLAM SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemuda pemudi di awal dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW ketika diangkat menjadi Rasul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang merupakan generasi pertama kebanyakan merupakan golongan pemuda pemudi, malahan ada yang masih kanak-kanak. Mereka dibina oleh Rasulullah setiap hari di Darul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda, keduanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), Al-Arqam bin Abi Al-Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14), yang akhirnya menjadi salah seorang ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqash (17), yang kemudian menjadi panglima perang Al-Qadhisiyah melawan kuasa besar Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Bakar As-Shiddiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), dan yang paling tua diantara para shahabat adalah Ubaidah bin Al-Harits (50).
Dan masih terdapat puluhan ribu pemuda pemudi lain yang terlibat aktif dalam dakwah menegakkan panji Islam Al-Rayah di masa hidup Rasulullah. Umumnya, mereka adalah pemuda pemudi, bahkan remaja yang baru meningkat dewasa. Dan tidak sedikit diantara mereka telah berperan penting di usia mudanya. Usamah bin Zaid, ketika berusia 18 tahun, diangkat Nabi sebagai komandan pasukan Islam ketika menyerbu Syam. Padahal diantara pasukan Islam masih terdapat sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar Al-Khattab yang lebih tua darinya, begitu juga Abdullah bin Umar. Jiwa perjuangan Islam telah menguasainya sejak umur 13 tahun. Suatu ketika saat Rasulullah menyiapkan pasukan untuk perang Badar, datang kepada Rasulullah SAW dua remaja Islam, Abdullah bin Umar dan Al-Baraq meminta agar diterima sebagai anggota pasukan Islam tetapi Rasulullah menolak karena mereka masih kanak-kanak. Tahun berikutnya, menjelang perang Uhud, mereka datang sekali lagi kepada Rasulullah untuk tujuan yang sama. Hanya Al-Baraq yang diterima, pada perang Ahzab barulah Ibnu Umar diterima sebagai anggota pasukan Islam. (Shahih Bukhari)
Banyak juga di kalangan pemudi yang menjadi teras dalam perjuangan di peringkat awal dakwah Rasulullah SAW seperti Siti Khadijah binti Khuwailid, Siti Aisyah binti Abu Bakar, Fatimah (adik Umar bin Khattab), Sumaiyah binti Khayyat, dan lain-lain.
Bila kejayaan Islam masa lalu muncul akibat dakwah Islam yang banyak ditunjang oleh para pemuda pemudi Islam yang memiliki sifat dan sikap perjuangan yang gigih yang sanggup tanpa mengira siang dan malam demi kepentingan Islam. Maka demikian juga masa depan Islam. Sunnatullah tidak pernah berubah. Siapa yang lebih unggul dialah pemimpin umat Islam masa lalu, terutamanya para pemuda pemudi unggul karena mereka benar-benar memeluk Islam secara kaffah, lurus akidahnya dan penuh ketaatannya pada syariatnya, bagaimana dengan pemuda-pemudi Islam sekarang?
Pemuda pemudi Islam sekarang hidup dalam lingkungan jahiliyah, di sekitarnya berlaku tantangan kehidupan tidak Islami dalam hampir semua aspek kehidupan, disertai dengan proses melenyapkan Islam melalui mdia massa yang semakin leluasa. Dari satu sudut yang lain, pemikiran, perasaan, dan tingkah laku dalam berpakaian, bergaul, bermuamalah telah banyak dicemari oleh pemikiran, perasaan, dan tingkah laku tidak Islami yang kebanyakan bersumberkan dari khazanah pemikiran kafir Barat. Kafir Barat bersungguh-sungguh melakukan proses pembaratan (westernisasi).
Bila demikian keadaan pemuda-pemudi sekarang, bagaimana akan dapat diharapkan kejayaan Islam di masa depan sebagaimana telah dijanjikan Allah?
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep mahasiswa?
2. Apa yang dimaksud pemuda mahasiswa Islam?
3. Apa peran mahasiswa sebagai inti kekuatan pemuda?
4. Bagaimana peran mahasiswa Islam sebagai inti kekuatan pemuda?
C. TUJUAN MASALAH
Setiap apa yang kita lakukan tentunya ada tujuan dan kegunaannya. Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
3. Agar mengetahui dan memahami konsep mahasiswa Islam.
4. Agar mengetahui dan memahami pemuda mahasiswa Islam.
5. Agar mengetahui dan memahami peran mahasiswa sebagai inti kekuatan pemuda.
6. Agar mengetahui dan memahami peran mahasiswa Islam sebagai inti kekuatan pemuda.
D. LANGKAH-LANGKAH PENULISAN
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penulisan adalah membaca, menganalisa/meneliti dan menyimpulkan dalam sebuah makalah.
1. Tempat Penulisan
Penulisan dilakukan di dalam ruangan.
2. Waktu Penulisan
Waktu penulisan dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2010.
3. Sarana dan Prasarana yang Digunakan
Alat tulis, buku sumber, komputer, dan internet.
4. Cara Kerja
- Mengumpulkan materi dengan cara mengumpulkan buku sumber.
- Mencari informasi dengan bantuan internet.
- Mencatat hasilnya dengan cara membuat resume kemudian diketik menggunakan alat komputer.

BAB II
PERAN MAHASISWA SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA

A. KONSEP MAHASISWA ISLAM
1. Pengertian Mahasiswa
Untuk mengartikan kata mahasiswa kita bisa coba uraikan dua kata yang mesti digarisbawahi, yaitu kata “maha” dan “siswa”. Maha itu bisa diartian lebih, paling, sangat. Siswa boleh kita artikan; seseorang yang belajar ilmu atau pengetahuan. Menurut Said Muniruddin Az-Zahir (2007:63).dalam bukunya A Comprehensive Guide to Implementing Basic Training (LK-l ), disebutkan bahwa mahasiswa adalah “Anak muda yang belajar di perguruan tinggi, memiliki ilmu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan kawan-kawanya yang tidak mengecap pendidikan tinggi”.
2. Karakteristik Mahasiswa
Edward Shill mengategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan badan-badan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi. Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mepunyai horison yang luas diantara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
3. Gerakan Mahasiswa Sebagai Tinjauan Teoritis
Gerakan mahasiswa telah menjadi fenomena penting dalam perubahan politik yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Setelah 32 tahun pemerintahan dibawah kendali Presiden Soeharto, krisis ekonomi melanda Indonesia yang diakibatkan pengendalian sumber daya keuangan yang tidak proposional. Bantuan luar negeri yang semula membantu proses menjadi sandaran utama dalam pembiyaan modernisasi. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berpendidikan dan sehari-harinya bergelut dengan pencarian kebenaran dalam kampus melihat kenyataan yang berbeda dalam kehidupan nasionalnya. Kegelisahan kalangan mahasiswa ini kemudian teraktualisasikan dalam aksi-aksi protes yang kamudian mendorong perubahan yang reformatif dalam sistem politik di Indonesia. Makalah ini berusaha menjelaskan gerakan mahasiswa dalam kerangka yang teoritis terutama menyangkut peranan mahasiswa dalam reformasi politik sebuah negara seperti Indonesia.
B. PEMUDA MAHASISWA ISLAM
Dr.Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Illahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubah. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektul. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dianggap terbaik. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideologi manakala dia telah meyakini kebenaran ideologi itu.
Dengan potensi itu, wajar jika pada setiap zaman kemudian pemuda memegang peranan penting dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemudi kahfi (Q.S. 18: 9-26) yang masing-masing sigap menerima kebenaran.
Ada ulama yang kemudian menyampaikan bahwa pemuda memiliki 3 peran:
1. Sebagai generasi penerus (Q.S. Ath Thur: 21); meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ada pada suatu kaum.

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.
2. Sebagai generasi pengganti (Q.S. Maidah: 54); menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir , dan tidak takut celaan orang yang mencela.
3. Sebagai generasi pembaru (Q.S. Maryam: 42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum.

“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”
Islam adalah sebuah ideologi yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam yang syumul, mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh bagian manusia.
Berbicara tentang perubahan, tentunya akan memunculkan pertanyaan mengapa harus ada perubahan? Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa masyarakat (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yang mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.
Melakukan perubahan adalah perintah di dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam sebuah hadist Rasulullah SAW menyatakan bahwa “orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rudi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka”. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan apalagi membiarkan perubahan ke arah yang lebih buruk berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga di dalam surat Ali Imran: 104, Allah memerintahkan agar ada kaum yang meniru kepada kebaikan sebagai sebuah perubahan.
Dengan mengetahui sedemikian hebat dan canggihnya musuh-musuh Islam khususnya Yahudi di dalam memurtadkan atau minimal mensekulerkan kaum muslimin, dan hasil usaha mereka telah mencengkram berurat berakar pada tubuh kaum muslimin, timbul pertanyaan: Apakah kondisi yang demikian parah tidak dapat dirubah? Lalu siapakah yang dapat merubah kondisi tersebut? Dan bagaimana caranya?
Sudah merupakan sunatullah bahwa pergiliran kemenangan merupakan suatu kepastian yang akan terjadi. Maka perubahan menuju kejayaan Islam kaum muslimin bukanlah suatu hal yang mustahil. Yang paling bertanggungjawab akan kebangkitan Islam bukanlah orang lain melainkan tentu saja umat Islam itu sendiri, khususnya para pemuda pemudi dan lebih khusus lagi para mahasiswa dan mahasiswi Islam.
Sejarah membuktikan unsur utama perubahan kekalahan menjadi kemenangan adalah generasi muda. Sejak zaman para nabi hingga sekarang para pemudalah yang menjadi garda depan perubahan kondisi ummat.
Para pemuda seharusnya menyadari bahwa inilah saat yang paling tepat untuk berubah dan ikut merubah kondisi. Rasulullah bersabda: Gunakanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yaitu :
1. Hidupmu sebelum matimu
2. Kesehatanmu sebelum sakitmu
3. Masa luangmu sebelum kesibukanmu
4. Masa mudamu sebelum masa tuamu
5. Masa kayamu sebelum masa miskinmu
Untuk perisai bagi terjaganya waktu muda maka perlu memperhatikan suatu riwayat tentang adanya pertanyaan penting di akhirat kelak khususnya kepada para pemuda yakni:
1. Umurnya, untuk apa ia habiskan?
2. Tentang masa mudanya,juga untuk apa ia manfaatkan?
3. Hartanya,darimana ia peroleh dan kemana ia infakkan (keluarkan)?
4. Ilmunya,apa yang telah ia lakukan dengan ilmunya itu?
Masa muda memang penuh tantangan yang harus digunakan untuk mencapai kedewasaan, kematangan dan kepribadian Islami yang benar-benar tangguh. Seorang pemuda yang banyak melakukan penyimpangan akhlak, pemikiran dan tugas-tugas, di mana letak keindahannya? Untuk itu ia harus memperbaiki diri bersama Islam, bersama orang-orang shaleh, yang bersama-sama meningkatkan kualitas akhlaknya, ilmu, wawasan, amal, kekuatan fisik dan kemandirian.
C. PERAN MAHASISWA SEBAGAI INTI KEKUATAN
Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan sejarah perubahan selalu menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan. Mahasiswa dikenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan punya kesempatan memperoleh pendidikan hingga ke jenjang ini karena system perekonomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini. Dalam tulisan ini, penulis memetakan ada empat peran mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab, diantaranya:
1. Peran Moral
Mahasiswa yang dalam kehidupannya tidak dapat memberikan contoh dan keteladanan yang baik berarti telah meninggalkan amanah dan tanggung jawab sebagai kaum terpelajar. Jika hari ini kegiatan mahasiswa berorientasi pada hedonisme (hura-hura dan kesenangan) maka berarti telah berada di persimpangan jalan. Jika mahasiswa hari ini lebih suka mengisi waktu luang mereka dengan agenda rutin pacaran tanpa tahu dan mau ambil tahu tentang perubahan di negeri ini, jika hari ini mahasiswa lebih suka dengan kegiatan festival musik dan kompetisi (entertainment) dengan alas an kreatifitas, disbanding memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat dan mengalihkan kreatifitasnya pada hal-hal yang lebih ilmiah dan menyentuh ke rakyat maka mahasiswa semacam ini adalah potret “generasi yang hilang” yaitu generasi yang terlena dan lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemuda dan mahasiswa.
2. Peran Sosial
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitaan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan dibiarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih sayangnya turun memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Betapa peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme, dan rakyat dapat merasakan bahwa mahasiswa adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari rakyat, walaupun upaya yang sistematis untuk memisahkan mahasiswa dari rakyat telah dan dengan gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika umat yang terjadi.
3. Peran Akademik
Sesibuk apapun mahasiswa turun ke jalan, turun ke rakyat dengan aksi sosialnya, sebanyak apapun agenda aktivitasnya jangan sampai membuat mahasiswa itu lupa bahwa adalah insane akademik. Mahasiswa dengan segala aktivitasnya harus tetap menjaga kuliahnya. Setiap orangtua pasti ingin anaknya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil. Maka sebagai seorang anak berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan keinginan itu, untuk mengukir masa depan yang cerah. Peran yang satu ini teramat sangat penting bagi kita, dan inilah yang membedakan kita dengan komunitas yang lain, peran ini menjadi symbol dan miniature kesuksesan kita dalam menjaga keseimbangan dan memajukan diri kita. Jika memang kegagalan akademik telah terjadi maka bangkitlah segera.
4. Peran Politik
Peran politik adalah peran yang paling berbahaya karena di sini mahasiswa berfungsi sebagai presseur group (grup penekan) bagi pemerintah yang zalim. Oleh karena itu pemerintah yang zalim merancang sedemikian rupa agar mahasiswa tidak mengambil peran yang satu ini. Pada masa orde baru di mana daya kritis rakyat itu dipasung, siapa yang berbeda pemikiran dengan pemerintah langsung dicap sebagai maker dan kejahatan terjadap negara. Pemerintah Orba tidak segan-segan mambumihanguskan setiap orang yang kritis dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar dinamis yang penuh dengan kreativitas. Mahasiswa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rakyat. Sekarang mari kita pertanyakan pada diri kita yang memegang label mahasiswa, sudah seberapa jauh kita mengambil peran dalam diri kita dan lingkungan?
D. PERAN MAHASISWA ISLAM SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA
1. Inti Kekuatan Sebagai Pemimpin dan Generasi Muda
Sebuah pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Indonesia pernah terkungkung dalam cengkeraman penjajahan Belanda selama lebih kurang 3 ½ abad lamanya, ditambah lagi 3 ½ tahun dalam penjajahan Jepang. Akan tetapi kemerdekaan itu menuntut kebijakan dan kretivitas yang akan mengisinya dengan sesuatu yang disebut Pembangunan Nasional, yang ditujukan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta masyarakat yang madani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan Nasional tersebut tidak akan tercapai jika tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia.
Tumbangnya pemerintahan Orde Baru pada 21 Mei 1998 masih segar dalam ingatan kita bahwa pemerintahan yang tidak bersih dan mengabaikan rasa keadilan tidak akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat. Benarlah apa yang dikatakan pujangga Mesir Syauqy Beyq: “Suatu bangsa yang kokoh bertahan selama akhlak mewarnai kehidupan. Apabila akhlak sirna dalam pergaulan, bangsa itu hancur berantakan”.
2. Inti Kekuatan Sebagai Pembina Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Generasi muda pada prinsipnya adalah suatu kelompok manusia Indonesia yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua yang dianggap baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan bangsa di masa depan yang lebih baik.
Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat, baik bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang terdahulu.
3. Inti Kekuatan di Masa Sekarang
Masa kini adalah masa yang sedang kita nikmati bersama. Masa kini disebut juga masa pembangunan, setelah peristiwa G 30 S/PKI kemudian tumbangnya Orde Lama, lalu lahir Orde Baru. Dan di masa Orde Baru itulah dalam upaya mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia melakukan pembangunan-pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya, guna menata kehidupan yang lebih baik. Dimulai dari apa yang dinamakan Pelita I (Pembangunan Lima Tahun I) sampai dengan pelita IV. Keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai prestasi besar bagi rakyat Indonesia.
Namun demikian keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building) para pelaksana pemerintahan (birokrasi). Klimaksnya adalah KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) sudah menjadi budaya. Oleh karena itulah bangsa Indonesia melakukan reformasi. Dengan demikian, sebagai generasi reformasi hendaknya kita menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Lalu apa yang dilakukan saat ini tentu sama beratnya dengan generasi terdahulu. Setelah badai krisis moneter yang berlarut-larut, ditambah pula praktek KKN di segala bidang yang berakibat hancurnya nilai-nilai kejujuran dan keadilan, etika politik, moral hokum, dasar demokrasi dan sendi agama.
4. Sebagai inti Kekuatan di Masa yang Akan Datang
Di era globalisasi, zaman millennium bila kita lihat dan amati begitu cepat arus reformasi yang masuk tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, tentu akan membawa dampak baik positif ataupun negatif.
Oleh karena itulah sebagai generasi muda untuk menghadapi masa datang hendaknya:
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
b. Belajar dengan tekun serta lebih giat lagi. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari penonjolan suku, agama, atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan.
d. Menghindari perbuatan yang merugikan negara seperti KKN.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dr.Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Illahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubah. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektul. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dianggap terbaik. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideologi manakala dia telah meyakini kebenaran ideologi itu.
Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat, baik bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang terdahulu.
B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa sudah seharusnya memahami peran dan tanggung jawab secara utuh sehingga dapat mengoptimalkan peran dan fungsi selaku akademisi yang bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan pun harus sesuai dengan tuntunan syariat demi tercapainya sebuah kegemilangan bagi negeri ini.
Penulis sadar akan ketidaksempurnaan diri. Karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
 Krech et al. 1962. Individual in Society. Kogakusha: McGraw-Hill.
 Widjaja, A. W. 1985. Pola Kepemimpinan dan Kepemimpinan Pancasila. Bandung: Armico.
 http://astaqauliyah.com/category/opini/gerakan-mahasiswa
 http://forum.detik.com/showthread.php?t=43108