BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 26 Juni 2010

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA
MAKALAH
Diajukan dan dipresentasikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen:
Dr. Mulyawan S. Nugraha


Dibuat Oleh:
Enay Suminar
NIM:
2008. 1065


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
Jl. Veteran No. 36 Telp. (0266) 22 45 65
Kota Sukabumi
2010 M/1431 H

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, menciptakan gelap dan terang, kemudian orang-orang kafir berpaling dari Tuhannya. Sedangkan Allah Maha Perkasa atas hamba-Nya, Dia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Maha Suci Allah yang segala urusan ada di tangan-Nya dan dikembalikan kepada-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya yang membersihkan agama dari akhlak jahiliyah orang-orang ghuluw dan rekayasa orang-orang batil.
Pembaca yang budiman, makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, dengan judul “Konsep Ilmu Pendidikan Islam Tentang Pendidikan Akhlak Remaja”. Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, semoga makalah ini disukai banyak orang dan bermanfaat.
Selain jumlah pengetahuan dan penyusunan, penulis yakin masih banyak masalah yang ditemukan dalam isi makalah ini. Saran, kritik senantiasa merupakan harapan dalam memperkaya dan menyempurnakan makalah ini. Namun demikian, semoga karya sederhana ini dapat memacu kita dalam menuntut ilmu karena ilmu dapat menerangi hati dan pikiran orang yang memilikinya.



Sukabumi, Juni 2010


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… a
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. a
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………. a
Rumusan Masalah …………………………………………… a
Tujuan Penulisan …………………………………………….. a
BAB II KONSEP ILMU PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA
Konsep Ilmu Pendidikan Islam ……………………………… a
Definisi Ilmu Pendidikan Islam …………………………. a
Dasar Ilmu Pendidikan Islam ……………………………. a
Tujuan Pendidikan Islam ………………………………... a
Fungsi Pendidikan Islam ………………………………… a
Konsep Akhlak ………………………………………………. a
Konsep Remaja ……………………………………………… a
Konsep Ilmu Pendidikan Islam Tentang Pendidikan Akhlak Remaja ………………………………………………………. a
Peran Pendidikan Agama dalam Pembinaan Akhlak Remaja …………………………………………………... a
Pergaulan Remaja dalam Tuntunan Agama Islam ………. a
Metode Pendidikan dan Pembinaan Akhlak Remaja ……. a
BAB III PENUTUP
Simpulan …………………………………………………….. a
Saran ………………………………………………………… a
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. a


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah pendidikan Islam merupakan wacana yang tidak pernah tuntas dibicarakan, karena ia berkenaan dengan persoalan umat Islam dengan jumlah lebih satu milyar dalam upaya memberikan makna dan orientasi bagi potensi yang dimilikinya. Berbagai pemikiran telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan Islam terutama menyangkut bagaimana konsep dan operasionalisasi konsep itu, yang sudah tentu bahwa warna-warni pikirannya banyak dipengaruhi oleh pandangan hidup dan nilai-nilai yang mereka anut. Tetapi ada kesan kuat, bahwa dalam satu hal mereka sepakat, bahwa pendidikan Islam harus bertujuan memberikan bekal dan pengembangan potensi keimanan, keislaman dan keihlasan, selain tidak juga mengabaikan pembinaan kepekaan intelektual peserta didik.
Salah satu tujuan pendidikan Islam terletak pada remaja. Mereka merupakan tulang punggung negara yang potensinya memerlukan pembinaan yang optimal untuk menyongsong masa depan. Sebagaimana ungkapan yang menyatakan bahwa “generasi muda masa kini merupakan pemimpin di masa yang akan datang”.
Keberadaan remaja di masa yang akan datang memiliki peran penting bagi kelangsungan sebuah negara. Oleh sebab itu, diperlukan pembinaan terhadapnya yang dilakukan oleh semua pihak. Agar pembinaan ini dapat berhasil denagn optimal, sebaiknya memperhatikan karakteristik remaja itu sendiri. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa remaja memiliki sifat-sifat yang belum matang seperti yang dimiliki orang dewasa. Dalam istilah lain seringkali disebut masa transisi atau pancaroba.
Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan akhlak anak di lingkungan keluarga, agama Islam memberikan tuntunan tentang pentingnya perlakuan yang ramah dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya terhadap anaknya.
Melalui pembinaan yang optimal ini, diharapkan lahir para remaja yang berakhlak dinamis, mandiri, terbuka, adaptif dengan perkembangan zaman dan sebagainya yang dapat menggantikan posisi orang tuanya di masa mendatang. Dengan kata lain bangsa ini mengharapkan para remaja yang ideal.
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep IPI?
Apa yang dimaksud akhlak dalam pendidikan Islam?
Bagaimana pendidikan akhlak pada remaja?
Bagaimana konsep IPI tntang pendidikan akhlak remaja?
Tujuan Penulisan
Setiap apa yang kita lakukan tentunya ada tujuan dan kegunaannya. Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
Agar mengetahui konsep ilmu pendidikan Islam.
Agar mengetahui konsep akhlak dalam pendidikan Islam.
Agar mengetahui peran pendidikan Islam terhadap pembinaan akhlak remaja.
Agar mengetahui konsep ilmu pendidikan Islam dalam pembinaan akhlak remaja.


BAB II
KONSEP ILMU PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA

Konsep Ilmu Pendidikan Islam
Definisi Ilmu Pendidikan Islam
Menurut Ahmad Tafsir (1992: 5), ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori bumi. Jika Anda membuka buku ilmu bumi, Anda akan menemukan teori-teori tentang bumi. Ilmu sejarah berisi teori-teori tentang sejarah; ilmu alam (fisika) berisi tentang teori-teori alam fisik. Maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan; ilmu pendidikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Apakah ada teori pendidikan yang tidak berdasarkan Islam? Inilah salah satu persoalan yang perlu dibahas di dalam ilmu pendidikan Islam.
Akan tetapi, apakah isi ilmu hanya kumpulan teori? Secara esensial memang ya, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. Isi lainnya ialah penjelasan tentang teori itu serta kadang-kadang ada juga data yang mendukung penjelasan itu tadi. Jadi, lengkapnya isi ilmu adalah (1) teori, (2) penjelasan tentang teori itu, dan (3) data yang mendukung penjelasan itu. Nah, bila Anda membuka buku tentang ilmu pendidikan Islam, sewajarnyalah Anda menemukan tiga macam isi tersebut.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Quran dan hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Quran, hadits, dan akal. Penggunaan dasar ini haruslah berurutan: Al-Quran lebih dahulu; bila tidak ada atau tidak jelas di dalam Al-Quran maka harus dicari di dalam hadits; bila tidak juga jelas atau tidak ada di dalam hadits, barulah digunakan akal (pemikiran), tetapi temuan akal itu tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Quran ataupun hadits. Oleh karena itu, teori dalam pendidikan Islam haruslah dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Quran, hadits, dan argumen (akal) yang menjamin teori tersebut. Jadi, pembuatan dan penulisan teori dalam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbeda dari pembuatan dan penulisan teori dalam fikih.
Dasar Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu isinya teori. Ilmu pendidikan isinya teori tentang pendidikan. Ilmu pendidikan Islam isinya teori tentang pendidikan yang berdasarkan Islam. Mengapa harus berdasarkan Islam? Jawaban yang paling penting dan mendasar terhadap pertanyaan ini ialah: “Itu berdasarkan keyakinan.” Jika dasarnya keyakinan, maka sebenarnya persoalan itu tidak dapat diperdebatkan lagi.
Orang Islam meyakini bahwa kehidupan tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada kemampuan akal, atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi maupun manusia dalam arti keseluruhan manusia. Dalam hal ini, pandangan orang Islam itu bertolakbelakang dengan humanisme yang mengajarkan bahwa akal manusia telah mencukupi untuk mengatur dunia dan kehidupan manusia, dan karena itu agama tidak diperlukan. Pandangan orang Islam itu tidak juga dapat dikatakan seratus persen hanya didasari keyakinan. Dasar akliyahnya ada juga, sekalipun tidak begitu kuat.
Dengan apa kehidupan diatur? Begitulah kira-kira pertanyaan yang pertama. Jawabnya, “Diatur dengan aturan.” Aturan yang mengatur itu haruslah aturan yang pasti benarnya. Karena aturan yang dibuat manusia belum dapat diyakini pasti benarnya, maka orang mencari aturan yang pasti benarnya. Orang Islam meyakini bahwa aturan Tuhanlah yang pasti benarnya. Jadi, aturan Tuhan yang harus digunakan dalam kehidupan ini. Memang, pada akhirnya dasar pandangan ini adalah keyakinan, bukan kekuatan logika.
Setelah itu kita harus mencari dan menemukan aturan Tuhan tersebut. Aturan Tuhan itu pokok-pokoknya ada dalam Kitab Tuhan yang biasanya disebut Kitab Suci. Kitab Suci itulah, kalau begitu, yang harus ditemukan. Ada beberapa Kitab Suci, yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran. Langkah selanjutnya ialah menilai Kitab Suci tersebut untuk menetapkan yang mana dari Kitab Suci itu yang terjamin keasliannya. Keaslian itu diperlukan untuk menjamin bahwa Kitab Suci itu benar-benar dari Tuhan; jika asli dari Tuhan, maka isinya pasti benar. Untuk menentukan keaslian Kitab Suci, kita dapat menggunakan teori-teori sains, dalam hal ini sejarah. Sejarah telah meneorikan bahwa sekarang ini Kitab Suci yang terjamin keasliannya adalah Al-Quran. Oleh karena itu, orang Islam mengambil Kitab Suci Al-Quran sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber ajaran Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam.
Al-Quran di dalam ayat-ayatnya ternyata memberikan jaminan juga kepada hadits Nabi Muhammad SAW. Ada perintah Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mengikuti aturan Allah dan rasul-Nya. Rasul-Nya yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW. Perintah inilah yang dijadikan dasar oleh orang Islam untuk menggunakan hadits sebagai dasar kedua bagi kehidupannya. Tugas selanjutnya ialah menetapkan yang mana hadits shahih ( hadits yang berasal dari Nabi Muhammad SAW) dan yang mana hadits yaang tidak shahih (hadits yang disangka dari Nabi Muhammad SAW). Sampai di sini telah diketahui dua dasar aturan hidup dalam Islam, yaitu Al-Quran dan hadits.
Kemudian, ternyata Al-Quran dan hadits juga menunjukkan bahwa akal dapat juga digunakan dalam membuat aturan hidup bagi orang Islam, yaitu bila Al-Quran dan hadits tidak menjelaskan aturan itu, aturan yang dibuat oleh akal itu tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Quran dan hadits. Jadi, akal dihargai oleh Al-Quran dan hadits; bahkan penggunaan akal itu disuruh, bukan saja diizinkan, dalam Al-Quran dan hadits. Penunjukan ini merupakan legalitas dan jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup orang Islam. Kalau demikian maka secara operasional atura Islam dibuat berdasarkan tiga sumber utama, yaitu Al-Quran, hadits, dan akal. Untuk melihat bagaimana pandangan Al-Quran dan hadits tentang akal dapat diperiksa, misalnya, buku yang ditulis oleh Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (1982).
Karena pendidikan menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakkan Al-Quran, hadits, dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Itulah sebabnya ilmu pendidikan Islam memilih Al-Quran dan hadits sebagai dasarnya. Kata “akal” tidak perlu disebutkan secara formal karena telah diketahui secara umum bahwa Al-Quran dan hadits menyuruh menggunakan akal. Jadi, mengapa orang Islam meletakkan Al-Quran dan hadits menjadi dasar pendidikannya, jawabnya adalah karena kedua sumber itu dijamin kebenarannya. Mengapa orang Islam tidak mengambil teori filsafat seperti liberalisme, pragmatisme, dan materialisme sebagai dasar pendidikannya, jawabnya adalah karena isme-isme itu adalah buatan manusia dan, karena itu, tidak dijamin kebenarannya. Mengapa tidak dijamin kebenarannya, karena ia buatan manusia, dan manusia memiliki keterbatasan. Orang Islam menganggap tidak bijak menggantungkan hidup pada pemikiran manusia. Akal itu sebenarnya lemah, tidak meyakinkan. Untuk mengetahui lebih jauh kelemahan akal, Anda dapat membacanya dalam filsafat Kant.
Tujuan Pendidikan Islam
Dasar kehidupan adalah pandangan hidup. T. S. Eliot (1979: 14) menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Al-Attas (1979: 1) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Ini terlalu umum. Marimba (1964: 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Ini amat umum; ia memang menyebutnya sebagai tujuan akhir. Al-Abrasyi (1974: 15) menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Ini juga amat umum. Munir Mursyi (1977: 18) menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan menurut Islam adalah manusia sempurna. Ini pun terlalu umum, sulit dioperasikan; maksudnya sulit dioperasikan dalam tindakan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan secara nyata.
Menurut Abdul Fattah Jalal (1988: 119), tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat At-Takwir ayat 27, Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakn diri kepada Allah, yaitu beribadah hanya kepada Allah.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q. S. Adz-Dzariyat: 56)
Jalal (1988: 123-124) menyatakan bahwa sebagaian orang mengira ibadah itu terbatas pada shalat, shaum, zakat, haji, dan syahadat. Di luar itu bukan ibadah. Sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan kepada Allah. Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutpautkan dengan Allah. Dalam kerangka inilah maka tujuan pendidikan haruslah mempersiapkan manusia agar beribadah seperti itu, agar ia menjadi hamba Allah (‘ibad al-Rahman).
Yang termasuk aspek ibadah adalah melaksanakan proses pendidikan, sebagaimana dalam Al-Quran:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q. S. At-Taubah: 122)
Aspek ibadah berikutnya ialah aspek amal untuk mencari rezeki. Allah berfirman:

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Q. S. Al-Mulk: 15)
Kita mengetahui bahwa ibadah memang banyak macamnya. Setiap macam ibadah itu dapat menghasilkan sekurang-kurangnya satu tujuan khusus pendidikan. Di antara ibadah tersebut ialah berbuat baik kepada kedua orang tua, menafkahkan harta di jalan Allah, berbuat baik kepada kerabat, tidak kikir dan tidak berlebihan, jujur dalam menimbang, tidak mencampuri urusan orang lain, rendah hati, adil, menjauhi perbuatan kejam,dan munkar, tidak zalim dan tidak bermusuhan, menepati janji dan sumpah, dan mengenakan perhiasan yang halal.
Konsep Akhlak
Pengertian Akhlak
Menurut pandangan Jamil Shaliba (1996: 1) kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, peradaban yang baik. Perkataan akhlak maknanya hampir sama dengan kata etika dan moral. Beberapa kata yang sering dilontarkan berkenaan dengan kata ini adalah susila adab, dan perangai.
Sedangkan menurut Ibnu Maskawaih, akhlak secara terminologis adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan menurut Muslim Nurdin (1996: 205) bahwa akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksudkan adalah ajaran Islam yang berpedoman kepada Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber utama, ijtihad sebagai sumber berpikir islami.
Menurut Abuddin Nata (1996: 5-7) perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran, tanpa paksaan dan tekanan, sungguh-sungguh, dan ikhlas karena Allah semata.
Ruang Lingkup Akhlak
Pada dasarnya ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi tiga aspek, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. Untuk lebih jelasnya, Quraish Shihab (1996: 261) memberikan penjelasan ketiga aspek tersebut.
Akhlak Terhadap Allah.
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliqnya. Dalam hal ini, banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam berperilaku kepada Allah sebagai Rabbnya.
Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia pada prinsipnya merupakan implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman seseorang. Salah satu indikator kuatnya keimanan seseorang nampak dalam perilakunya terhadap orang lain. Dengan kata lain mereka senantiasa memperlakukan sesama manusia sama.
Ada beberapa cara yang dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain dalam bentuk perilaku yang baik. Ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan hadits banyak mengungkap tentang hubungan manusia dengan manusia.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola isi dunia demi kemakmuran dirinya, sebagai anugerah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Demi terciptanya keserasian yang harmonis dan keseimbangan ekolog.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1996:16) mengemukakan bahwa dalam sistem alam, manusia merupakan bagian dari alam yang berinteraksi dengan alam sebagai lingkungannya.
R. Soedjiran Resosoedarmo (1993: 169) berpendapat bahwa dengan segala usaha berupa alat-alat teknologi yang dimilikinya, manusia mengambil manfaat dari lingkungannya sekaligus meningkatkan lingkungannya.
3. Kedudukan Akhlak dalam Pendidikan Umum
Secara substansial konsep akhlak sebenarnya perupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan umum. Hal ini dapat terlihat dari makna-makna essensial pendidikan umum yang meliputi: syimbolics, empirics, esthetids, synnoethics, ethics, dan synoptics.
Konsep akhlak menurut Nursid Suriaatmaja (1996: 11) bahwa manusia harapan bangsa di masa mendatang adalah warga negara yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, mengetahui budaya dan nilai bangsa, mengenal masyarakat Indonesia, alam lingkungan Indonesia, mampu berkomunikasi dengan sesama warga, sehat jasmani dan rohani, dan wajib mengembangkan diri dalam bela negara.
Sementara Linda Richard Eyre (1995: xxvi) mengemukakan bahwa pembinaan nilai-nilai yang luhur yang akan menentukan perilaku seseorang harus melingkupi dua aspek, yaitu nilai-nilai nurani (meliputi kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, kemurnian, dan kesucian), dan nilai-nilai memberi (meliputi hormat, sayang, setia, tidak egois, ramah dan murah hati).
Menurut MI. Soelaeman (1985: 4) manusia yang utuh identik dengan istilah pribadi religius. Sedangkan menurut Harun Nasution (1989: 59), istilah pribadi utuh adalah berakhlak dengan akhlak Tuhan.
Konsep Remaja
Pengertian Remaja
Menurut Ahmad Tafsir (1992: 313) persoalan remaja menarik untuk dibicarakan terutama yang berkaitan dengan penyimpangan akhlak mereka yang berkembang dewasa ini. Permasalahan penyimpangan akhlak menjadi topik yang hangat dalam berbagai petemuan untuk mengetahui latar belakang mereka melakukan berbagai tindakan yang terkadang tidak bermoral. Misalnya: di kalangan siswa SMU terjadi tawuran, tindakan pembunuhan, perampasan, konsumsi narkoba, dan lain-lain. Tentu saja penyimpangan akhlak mereka tidak terlepas dari persoalan yang melatarbelakanginya.
WHO mendefinisikan remaja sebagai berikut: pertama, individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksualnya; kedua, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; dan ketiga, terjadilah peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan berbagai tantangan, di satu sisi remaja telah meninggalkan masa kanak-kanaknya, namun di pihak lain mereka belum dapat diterima oleh orang dewasa secara utuh. Oleh sebab itu, untuk mampu sejajar dengan orang dewasa terkadang remaja melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak proporsional. Mereka melakukan kegiatan aktivitasnya. Di samping faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi perilaku remaja tersebut.
Ciri-Ciri Masa Remaja
Menurut Elizabet B. Hurlock (207-209) mengemukakan ada delapan ciri yaitu:
Masa Remaja sebagai Periode Penting
Masa ini dianggap penting karena ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator.
Masa Remaja sebagai periode Peralihan
Yang dimaksud dengan masa remaja sebagai periode peralihan adalah beralihnya remaja dari masa kanak-kanak ke dewasa disertai dengan kesiapan untuk mempelajari sikap dan perilaku orang dewasa itu sendiri.
Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Adanya perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisik berlangsung cepat, maka perubahan sikap dan perilaku pun berlangsung cepat, demikian sebaliknya.
Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Masalah remaja sering menjadi persoalan yang sulit dipecahkan, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Masa Remaja sebagai Masa Pencarian Identitas
Pada tahun-tahun pertama awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan tidak puas akan hal yang telah dilaluinya.
Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Ada anggapan bahwa masa remaja merupakan masa di mana mereka merupakan anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, yang menyebabkan orang dewasa berkewajiban untuk membimbing dan mengawasi mereka.
Masa remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja memang memiliki karakteristik yang cenderung memandang dirinya dan orang lain sesuai keinginannya, bukan apa adanya seperti yang mereka lihat.
Masa Remaja sebagai Ambang Dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberi kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Zakiah Daradjat (110) mengemukakan bahwa remaja memiliki ciri-ciri, antara lain: pertumbuhan jasmani cepat, pertumbuhan emosi, pertumbuhan mental dan perkembangan pribadi sosial.
Sementara itu, Hadari Nawawi (1993: 168-171) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa pubertas yang memiliki ciri-ciri, antara lain: ada kecenderungan masa bersifat introverts, lepas dari ketergantungan kepada orang lain, pertumbuhan biologis sangat cepat, petumbuhan rasa sosial. Umar Hasyim (1985: 117) menyebutkan, antara lain: perasaan seksual semakin merangsang, kecenderungan mementingkan diri sendiri, cita-cita yang bergelora, berpikir kritis, masa penemuan diri, dan masa transisi. Sedangkan HM. Arifin (215-216) menyebutkan bahwa di samping ciri-ciri tersebut, ia menambahkan bahwa pada masa remaja ada kecenderungan meragukan kebenaran agama, walaupun sikap ini dianggap merupakan awal timbulnya keimanan yang sebenarnya.
Nurcholis Madjid (122) berpendapat bahwa pendidikan agama dalam keluarga berkisar antara dua dimensi hidup, yaitu: penanaman rasa takwa dan pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama.S
Perkembangan Jiwa Keagamaan Remaja
Perkembangan rasa keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan jasmani, intelektual, dan ruhaninya. Menurut W. Starbuck dalam Psikologi Agama, Dr. Jalaludin, perkembangan itu antara lain:
Pertumbuhan Pikiran
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama, mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.
Pikiran manusia pada dasarnya terbentuk dari dua hal: kecerdasan dan pengalaman. Kecerdasan bisa ditingkatkan dengan latihan-latihan sedangkan pengalaman bisa didapat dari belajar terhadap pengalaman diri sendiri ataupun orang lain.
Emosional Intelegence
Menurut Dr. Jalaludin (2000), berbagai perasaan telah berkembang. Dalam penyelidikan sekitar tahun 1950-an, Dr. Kinsey mengungkapkan 90% remaja Amerika telah mengenal masturbasi, homoseks, dan onani.
Perkembangan sosial
Masih menurut Dr. Jalaluddin, corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
Perkembangan Moral
Dalam agama apapun, moral agama merupakan inti ajarannya. Semua agama mengajarkan kepada pengikutnya untuk mematuhi aturan-aturan moral kepada sesama manusia.
Ada beberapa kecenderungan moral terlihat pada usia remaja.
Self-directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi.
Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik.
Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
Deviant, menolak dasar hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat. Kecenderungan-kecenderungan ini sangat dominan disebabkan oleh pengaruh pendidikan di dalam keluarga dan lingkungannya.
Sikap dan Minat Keagamaan
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung masa kecil dan pola pendidikan agama di lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan.
Konsep Ilmu Pendidikan Islam tentang Pendidikan Akhlak Remaja
Peran Pendidikan Agama dalam Pembinaan Remaja
Menurut Ahmad Tafsir (1992: 27), agama dalam arti luas –termasuk etika dan moral yang diajarkan keluarga- merupakan satu-satunya sarana cara untuk menanggulangi kenakalan remaja sejak dini. Tentu saja seharusnya hal ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Namun demikian, belum terlambat bila orang tua segera menyadari pada masa ini. Orang tua sebagai pendidik memang wajib menjaga pendidikan anaknya sampai kelak mereka dewasa dan bisa dilepas.
Dalam mengajarkan agama/mendidik pun hendaknya orang tua selalu membimbing anaknya sampai orang tua tersebut merasa bahwa si anak sudah siap dilepas, tanpa perlu bimbingan lagi. Orang tua yang memperhatikan pendidikan agama anaknya tentu akan melakukan hal-hal yang baik bagi anak dan keluarganya,
Pergaulan Remaja dalam Pendidikan
Pergaulan sosial sesama manusia adalah hal penting dalam kehidupan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, meminjam istilah Yunani bahwa manusia adalah homo socius, atau makhluk bermasyarakat. Pada masa remaja di mana seorang remaja sdang tumbuh dorongan-dorongan seksualnya, maka Islam sudah sejak dini mengantisipasi pergaulan antar pria dan wanita.
Ajaran Moral Agama
Moralitas adalah ajaran etika. Pendidikan Islam mengajarkan dalam moral agama yang disebut akhlak. Akhlak Islam menganjurkan untuk bergaul kepada siapa pun dengan cara yang baik, diantaranya:
memelihara kehormatan diri, yakni memelihara kesucian diri berkenaan dengan seks.

“(30) Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."(31) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q. S. An-Nur: 30-31)
menjaga amanah, tidak mau merugikan orang lain dalam hal harta benda, dan lain-lain.

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Q. S. Al-Anfal: 58)

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (Q. S. Asy-Syu’ara: 183)
memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan, mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat seperti hobi ataupun olah raga sehingga tidak ada waktu kosong yang diisi dengan lamunan dan khayalan yang dapat membawa dampak buruk bagi mental remaja.
Pendidikan Sosial dan Moral Keagamaan
Umat manusia di dunia sekarang dalam cengkeraman ketakutan yang amat dahsyat karena kemungkinan akan datangnya perang nuklir. Ketakutan itu hanya bisa ditenangkan bila mereka mau kembali kepada Tuhan Allah.
Iman merupakan keadaan sikap yang seharusnya ada dalam dii manusi. Iman yang teguh serta kuat akan memberikan dasar pijakan moral keagamaan yang kuat dan ia akan menghasilkan keyakinan kepribadian teguh yang tidak mudah tergoyahkan, terutama perbuatan dan sikap hidup yang rendah, tercela, dan bergelimang dosa.
Kalau manusia tetap beriman dan bermoral menjalankan agama dengan teguh, dalam kehidupannya, maka bermacam-macam rahmat dan kenikmatan yang dilimpahkan Allah SWT. Hidupnya akan tenang dan penuh kemuliaan serta pertolongan dalam menghadapi permasalahan.
Metode Pendidikan dan Pembinaan Akhlak Remaja
Setiap individu yang lahir dibekali sejumlah potensi yang memerlukan pembinaan yang optimal. Potensi tersebut berimplikasi pada tanggung jawab yang dipikul keluarga, masyarakat, ataupun sekolah. MD. Djawad Dahlan (1992: 72) berpendapat bahwa iman bukan hanya sekedar perbuatan kalbu, akan tetapi terwujudkan dalam bentuk perilaku. Al-Ghazali (1975: 40) berpendapat bahwa di samping fitrah yang baik di dalam jiwa manusia ada pula kecenderungan yang jelek yang dapat menjerumuskan manusia.
Umar Hasyim (1983: 160) berpendapat bahwa anak yang lahir bagaikan kertas putih, maka orang tua berkewajiban membentuk mereka dengan cara membimbing dan mendidik agama, sehingga menjadi anak yang memiliki akhlak mulia.
Agar pembinaan akhlak memperoleh hasil yang memuaskan, diperlukan cara atau metode yang influensif. Metode-metode tersebut antara lain:
Melalui Keteladanan
Keteladanan dalam proses pendidikan merupakan metode yang sangat tepat untuk membina akhlak seorang anak. Dalam pelaksanaan pendidikan, siapapun pendidiknya seharusnya memberikan contoh terbaik untuk diikuti oleh anaknya. Hal ini terjadi baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Untuk itulah Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai uswah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q. S. Al-Ahzab: 21)
Melalui Pembiasaan
Metode lain yang cukup efektif dalam pembinaan akhlak anak adalah melalui metode pembiasaan. Banyak para pakar pendidikan yang sepakat bahwa pembinaan moral atau akhlak dapat mempergunakan metode ini.
Dalam proses pembiasaan ini terkadang diperlukan suatu stimulan bagi pelakunya. Stimulan atau rangsangan tersebut, misalnya dalam bentuk pujian atau hadiah yang dapat membangkitkan gairah dan semangat sehingga seorang anak akan memiliki keyakinan yang mantap dalam mengisi kehidupannya.
Dari beberapa pemikiran dan ungkapan Rasul SAW, dapat dipahami bahwa penerapan metode pembiasaan dalam membina akhlak anak cukup baik. Jika metode pembiasaan diterapkan di semua lingkungan pendidikan, hampir dipastikan akan lahir generasi-generasi yang memiliki kepribadian yang mantap, yang dihiasi dengan akhlak karimah. Dan tidak mustahil akhlak mereka pun akan menjadi teladan bagi orang lain.
Melalui nasihat
Metode lain yang dianggap efektif dalam membina akhlak adalah melalui metode nasihat. Metode ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Q. S. Luqman: 13)

“Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Q. S. Yusuf: 5)
Melalui Perhatian
Metode pembinaan akhlak yang tidak kalah pentingnya adalah melalui perhatian atau pengawasan. Adapun yang dimaksud perhatian dalam konsep ini adalah mencurahkan, memperhatikan serta mengikuti perkembangan akidah, akhlak serta sosial anak ketika beradaptasi dengan lingkungannya.
Perhatian atau pengawasan sangat dibutuhkan anak yang berfungsi sebagai pembimbing, pengarah dan sekaligus sebagai pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, seandainya anak kurang perhatian yang cukup baik orang tua atau pun para pendidiknya, maka anak tersebut akan lari mencari kasih sayang dan perhatian orang lain. Bahkan lebih dari itu tidak mustahil mereka mencari perlindungan pada perbuatan-perbuatan yang negatif.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pendidikan Islam yang berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang berakhlakul karimah. Telah berkembang di berbagai daerah dari sistemnya yang paling sederhana menuju sistem pendidikan Islam yang modern. Adapun bersifat prinsip dasar dan tujuan pendidikan Islam tetap dipertahankan sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Quran.
Peranan pendidikan Islam dalam membina umat manusia sangat besar, khususnya dalam membina akhlak remaja untuk menciptakan kekuatan yang mendorong ke arah mencapai tujuan yang dikehendaki. Bahwa Islam bukanlah hanya sekedar suatu kepercayaan agama secara pribadi dan penuh rahasia, akan tetapi Islam adalah agama yang membawa serta membina masyarakat yang merdeka, yang memiliki sistem pemerintahan, hukum, dan lembaga. Semua ini dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula oleh Rasulullah SAW yang diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh generasi-generasi berikutnya.
Saran
Kita sebagai pemuda yang menuntut ilmu pendidikan agama Islam sudah seharusnya memahami peran dan tanggung jawab secara utuh sehingga harus dapat mengoptimalkan peran dan fungsi selaku akademisi yang bertanggungjawab. Akhlak dan upaya yang dilakukan pun harus sesuia dengan tuntunan pendidikan dan syariat Islam demi tercapainya sebuah kegemilangan bagi negeri ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan saran perbaikan mambangun dari semua pihak, sehingga tulisan ini mendekati kesempurnaannya dan bermanfaat bagi setiap pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Goethe Wolfgang, Johan. 1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Kusmara, Dian. 2007. Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: CV. Mughni Sejahtera.
Purwoko, Yudho. 2001. Memecahkan Masalah Remaja. Bandung: Nuansa Cendikia.
Soebahar, Halim. 2002. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sunarto, dan Hartono, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Pusat Perbukuan P&K dengan Rineka Cipta.
Soekarno, dan Supardi, Ahmad. 1983. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Tafsir, dkk. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.pendidikanislam.net

Selasa, 12 Januari 2010

PERAN MAHASISWA ISLAM SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemuda pemudi di awal dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW ketika diangkat menjadi Rasul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang merupakan generasi pertama kebanyakan merupakan golongan pemuda pemudi, malahan ada yang masih kanak-kanak. Mereka dibina oleh Rasulullah setiap hari di Darul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda, keduanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), Al-Arqam bin Abi Al-Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14), yang akhirnya menjadi salah seorang ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqash (17), yang kemudian menjadi panglima perang Al-Qadhisiyah melawan kuasa besar Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Bakar As-Shiddiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), dan yang paling tua diantara para shahabat adalah Ubaidah bin Al-Harits (50).
Dan masih terdapat puluhan ribu pemuda pemudi lain yang terlibat aktif dalam dakwah menegakkan panji Islam Al-Rayah di masa hidup Rasulullah. Umumnya, mereka adalah pemuda pemudi, bahkan remaja yang baru meningkat dewasa. Dan tidak sedikit diantara mereka telah berperan penting di usia mudanya. Usamah bin Zaid, ketika berusia 18 tahun, diangkat Nabi sebagai komandan pasukan Islam ketika menyerbu Syam. Padahal diantara pasukan Islam masih terdapat sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar Al-Khattab yang lebih tua darinya, begitu juga Abdullah bin Umar. Jiwa perjuangan Islam telah menguasainya sejak umur 13 tahun. Suatu ketika saat Rasulullah menyiapkan pasukan untuk perang Badar, datang kepada Rasulullah SAW dua remaja Islam, Abdullah bin Umar dan Al-Baraq meminta agar diterima sebagai anggota pasukan Islam tetapi Rasulullah menolak karena mereka masih kanak-kanak. Tahun berikutnya, menjelang perang Uhud, mereka datang sekali lagi kepada Rasulullah untuk tujuan yang sama. Hanya Al-Baraq yang diterima, pada perang Ahzab barulah Ibnu Umar diterima sebagai anggota pasukan Islam. (Shahih Bukhari)
Banyak juga di kalangan pemudi yang menjadi teras dalam perjuangan di peringkat awal dakwah Rasulullah SAW seperti Siti Khadijah binti Khuwailid, Siti Aisyah binti Abu Bakar, Fatimah (adik Umar bin Khattab), Sumaiyah binti Khayyat, dan lain-lain.
Bila kejayaan Islam masa lalu muncul akibat dakwah Islam yang banyak ditunjang oleh para pemuda pemudi Islam yang memiliki sifat dan sikap perjuangan yang gigih yang sanggup tanpa mengira siang dan malam demi kepentingan Islam. Maka demikian juga masa depan Islam. Sunnatullah tidak pernah berubah. Siapa yang lebih unggul dialah pemimpin umat Islam masa lalu, terutamanya para pemuda pemudi unggul karena mereka benar-benar memeluk Islam secara kaffah, lurus akidahnya dan penuh ketaatannya pada syariatnya, bagaimana dengan pemuda-pemudi Islam sekarang?
Pemuda pemudi Islam sekarang hidup dalam lingkungan jahiliyah, di sekitarnya berlaku tantangan kehidupan tidak Islami dalam hampir semua aspek kehidupan, disertai dengan proses melenyapkan Islam melalui mdia massa yang semakin leluasa. Dari satu sudut yang lain, pemikiran, perasaan, dan tingkah laku dalam berpakaian, bergaul, bermuamalah telah banyak dicemari oleh pemikiran, perasaan, dan tingkah laku tidak Islami yang kebanyakan bersumberkan dari khazanah pemikiran kafir Barat. Kafir Barat bersungguh-sungguh melakukan proses pembaratan (westernisasi).
Bila demikian keadaan pemuda-pemudi sekarang, bagaimana akan dapat diharapkan kejayaan Islam di masa depan sebagaimana telah dijanjikan Allah?
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep mahasiswa?
2. Apa yang dimaksud pemuda mahasiswa Islam?
3. Apa peran mahasiswa sebagai inti kekuatan pemuda?
4. Bagaimana peran mahasiswa Islam sebagai inti kekuatan pemuda?
C. TUJUAN MASALAH
Setiap apa yang kita lakukan tentunya ada tujuan dan kegunaannya. Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
3. Agar mengetahui dan memahami konsep mahasiswa Islam.
4. Agar mengetahui dan memahami pemuda mahasiswa Islam.
5. Agar mengetahui dan memahami peran mahasiswa sebagai inti kekuatan pemuda.
6. Agar mengetahui dan memahami peran mahasiswa Islam sebagai inti kekuatan pemuda.
D. LANGKAH-LANGKAH PENULISAN
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penulisan adalah membaca, menganalisa/meneliti dan menyimpulkan dalam sebuah makalah.
1. Tempat Penulisan
Penulisan dilakukan di dalam ruangan.
2. Waktu Penulisan
Waktu penulisan dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2010.
3. Sarana dan Prasarana yang Digunakan
Alat tulis, buku sumber, komputer, dan internet.
4. Cara Kerja
- Mengumpulkan materi dengan cara mengumpulkan buku sumber.
- Mencari informasi dengan bantuan internet.
- Mencatat hasilnya dengan cara membuat resume kemudian diketik menggunakan alat komputer.

BAB II
PERAN MAHASISWA SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA

A. KONSEP MAHASISWA ISLAM
1. Pengertian Mahasiswa
Untuk mengartikan kata mahasiswa kita bisa coba uraikan dua kata yang mesti digarisbawahi, yaitu kata “maha” dan “siswa”. Maha itu bisa diartian lebih, paling, sangat. Siswa boleh kita artikan; seseorang yang belajar ilmu atau pengetahuan. Menurut Said Muniruddin Az-Zahir (2007:63).dalam bukunya A Comprehensive Guide to Implementing Basic Training (LK-l ), disebutkan bahwa mahasiswa adalah “Anak muda yang belajar di perguruan tinggi, memiliki ilmu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan kawan-kawanya yang tidak mengecap pendidikan tinggi”.
2. Karakteristik Mahasiswa
Edward Shill mengategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan badan-badan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi. Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mepunyai horison yang luas diantara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
3. Gerakan Mahasiswa Sebagai Tinjauan Teoritis
Gerakan mahasiswa telah menjadi fenomena penting dalam perubahan politik yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Setelah 32 tahun pemerintahan dibawah kendali Presiden Soeharto, krisis ekonomi melanda Indonesia yang diakibatkan pengendalian sumber daya keuangan yang tidak proposional. Bantuan luar negeri yang semula membantu proses menjadi sandaran utama dalam pembiyaan modernisasi. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berpendidikan dan sehari-harinya bergelut dengan pencarian kebenaran dalam kampus melihat kenyataan yang berbeda dalam kehidupan nasionalnya. Kegelisahan kalangan mahasiswa ini kemudian teraktualisasikan dalam aksi-aksi protes yang kamudian mendorong perubahan yang reformatif dalam sistem politik di Indonesia. Makalah ini berusaha menjelaskan gerakan mahasiswa dalam kerangka yang teoritis terutama menyangkut peranan mahasiswa dalam reformasi politik sebuah negara seperti Indonesia.
B. PEMUDA MAHASISWA ISLAM
Dr.Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Illahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubah. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektul. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dianggap terbaik. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideologi manakala dia telah meyakini kebenaran ideologi itu.
Dengan potensi itu, wajar jika pada setiap zaman kemudian pemuda memegang peranan penting dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemudi kahfi (Q.S. 18: 9-26) yang masing-masing sigap menerima kebenaran.
Ada ulama yang kemudian menyampaikan bahwa pemuda memiliki 3 peran:
1. Sebagai generasi penerus (Q.S. Ath Thur: 21); meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ada pada suatu kaum.

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.
2. Sebagai generasi pengganti (Q.S. Maidah: 54); menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir , dan tidak takut celaan orang yang mencela.
3. Sebagai generasi pembaru (Q.S. Maryam: 42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum.

“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”
Islam adalah sebuah ideologi yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam yang syumul, mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh bagian manusia.
Berbicara tentang perubahan, tentunya akan memunculkan pertanyaan mengapa harus ada perubahan? Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa masyarakat (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yang mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.
Melakukan perubahan adalah perintah di dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam sebuah hadist Rasulullah SAW menyatakan bahwa “orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rudi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka”. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan apalagi membiarkan perubahan ke arah yang lebih buruk berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga di dalam surat Ali Imran: 104, Allah memerintahkan agar ada kaum yang meniru kepada kebaikan sebagai sebuah perubahan.
Dengan mengetahui sedemikian hebat dan canggihnya musuh-musuh Islam khususnya Yahudi di dalam memurtadkan atau minimal mensekulerkan kaum muslimin, dan hasil usaha mereka telah mencengkram berurat berakar pada tubuh kaum muslimin, timbul pertanyaan: Apakah kondisi yang demikian parah tidak dapat dirubah? Lalu siapakah yang dapat merubah kondisi tersebut? Dan bagaimana caranya?
Sudah merupakan sunatullah bahwa pergiliran kemenangan merupakan suatu kepastian yang akan terjadi. Maka perubahan menuju kejayaan Islam kaum muslimin bukanlah suatu hal yang mustahil. Yang paling bertanggungjawab akan kebangkitan Islam bukanlah orang lain melainkan tentu saja umat Islam itu sendiri, khususnya para pemuda pemudi dan lebih khusus lagi para mahasiswa dan mahasiswi Islam.
Sejarah membuktikan unsur utama perubahan kekalahan menjadi kemenangan adalah generasi muda. Sejak zaman para nabi hingga sekarang para pemudalah yang menjadi garda depan perubahan kondisi ummat.
Para pemuda seharusnya menyadari bahwa inilah saat yang paling tepat untuk berubah dan ikut merubah kondisi. Rasulullah bersabda: Gunakanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yaitu :
1. Hidupmu sebelum matimu
2. Kesehatanmu sebelum sakitmu
3. Masa luangmu sebelum kesibukanmu
4. Masa mudamu sebelum masa tuamu
5. Masa kayamu sebelum masa miskinmu
Untuk perisai bagi terjaganya waktu muda maka perlu memperhatikan suatu riwayat tentang adanya pertanyaan penting di akhirat kelak khususnya kepada para pemuda yakni:
1. Umurnya, untuk apa ia habiskan?
2. Tentang masa mudanya,juga untuk apa ia manfaatkan?
3. Hartanya,darimana ia peroleh dan kemana ia infakkan (keluarkan)?
4. Ilmunya,apa yang telah ia lakukan dengan ilmunya itu?
Masa muda memang penuh tantangan yang harus digunakan untuk mencapai kedewasaan, kematangan dan kepribadian Islami yang benar-benar tangguh. Seorang pemuda yang banyak melakukan penyimpangan akhlak, pemikiran dan tugas-tugas, di mana letak keindahannya? Untuk itu ia harus memperbaiki diri bersama Islam, bersama orang-orang shaleh, yang bersama-sama meningkatkan kualitas akhlaknya, ilmu, wawasan, amal, kekuatan fisik dan kemandirian.
C. PERAN MAHASISWA SEBAGAI INTI KEKUATAN
Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan sejarah perubahan selalu menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan. Mahasiswa dikenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan punya kesempatan memperoleh pendidikan hingga ke jenjang ini karena system perekonomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini. Dalam tulisan ini, penulis memetakan ada empat peran mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab, diantaranya:
1. Peran Moral
Mahasiswa yang dalam kehidupannya tidak dapat memberikan contoh dan keteladanan yang baik berarti telah meninggalkan amanah dan tanggung jawab sebagai kaum terpelajar. Jika hari ini kegiatan mahasiswa berorientasi pada hedonisme (hura-hura dan kesenangan) maka berarti telah berada di persimpangan jalan. Jika mahasiswa hari ini lebih suka mengisi waktu luang mereka dengan agenda rutin pacaran tanpa tahu dan mau ambil tahu tentang perubahan di negeri ini, jika hari ini mahasiswa lebih suka dengan kegiatan festival musik dan kompetisi (entertainment) dengan alas an kreatifitas, disbanding memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat dan mengalihkan kreatifitasnya pada hal-hal yang lebih ilmiah dan menyentuh ke rakyat maka mahasiswa semacam ini adalah potret “generasi yang hilang” yaitu generasi yang terlena dan lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemuda dan mahasiswa.
2. Peran Sosial
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitaan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan dibiarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih sayangnya turun memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Betapa peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme, dan rakyat dapat merasakan bahwa mahasiswa adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari rakyat, walaupun upaya yang sistematis untuk memisahkan mahasiswa dari rakyat telah dan dengan gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika umat yang terjadi.
3. Peran Akademik
Sesibuk apapun mahasiswa turun ke jalan, turun ke rakyat dengan aksi sosialnya, sebanyak apapun agenda aktivitasnya jangan sampai membuat mahasiswa itu lupa bahwa adalah insane akademik. Mahasiswa dengan segala aktivitasnya harus tetap menjaga kuliahnya. Setiap orangtua pasti ingin anaknya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil. Maka sebagai seorang anak berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan keinginan itu, untuk mengukir masa depan yang cerah. Peran yang satu ini teramat sangat penting bagi kita, dan inilah yang membedakan kita dengan komunitas yang lain, peran ini menjadi symbol dan miniature kesuksesan kita dalam menjaga keseimbangan dan memajukan diri kita. Jika memang kegagalan akademik telah terjadi maka bangkitlah segera.
4. Peran Politik
Peran politik adalah peran yang paling berbahaya karena di sini mahasiswa berfungsi sebagai presseur group (grup penekan) bagi pemerintah yang zalim. Oleh karena itu pemerintah yang zalim merancang sedemikian rupa agar mahasiswa tidak mengambil peran yang satu ini. Pada masa orde baru di mana daya kritis rakyat itu dipasung, siapa yang berbeda pemikiran dengan pemerintah langsung dicap sebagai maker dan kejahatan terjadap negara. Pemerintah Orba tidak segan-segan mambumihanguskan setiap orang yang kritis dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar dinamis yang penuh dengan kreativitas. Mahasiswa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rakyat. Sekarang mari kita pertanyakan pada diri kita yang memegang label mahasiswa, sudah seberapa jauh kita mengambil peran dalam diri kita dan lingkungan?
D. PERAN MAHASISWA ISLAM SEBAGAI INTI KEKUATAN PEMUDA
1. Inti Kekuatan Sebagai Pemimpin dan Generasi Muda
Sebuah pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Indonesia pernah terkungkung dalam cengkeraman penjajahan Belanda selama lebih kurang 3 ½ abad lamanya, ditambah lagi 3 ½ tahun dalam penjajahan Jepang. Akan tetapi kemerdekaan itu menuntut kebijakan dan kretivitas yang akan mengisinya dengan sesuatu yang disebut Pembangunan Nasional, yang ditujukan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta masyarakat yang madani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan Nasional tersebut tidak akan tercapai jika tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia.
Tumbangnya pemerintahan Orde Baru pada 21 Mei 1998 masih segar dalam ingatan kita bahwa pemerintahan yang tidak bersih dan mengabaikan rasa keadilan tidak akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat. Benarlah apa yang dikatakan pujangga Mesir Syauqy Beyq: “Suatu bangsa yang kokoh bertahan selama akhlak mewarnai kehidupan. Apabila akhlak sirna dalam pergaulan, bangsa itu hancur berantakan”.
2. Inti Kekuatan Sebagai Pembina Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Generasi muda pada prinsipnya adalah suatu kelompok manusia Indonesia yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua yang dianggap baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan bangsa di masa depan yang lebih baik.
Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat, baik bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang terdahulu.
3. Inti Kekuatan di Masa Sekarang
Masa kini adalah masa yang sedang kita nikmati bersama. Masa kini disebut juga masa pembangunan, setelah peristiwa G 30 S/PKI kemudian tumbangnya Orde Lama, lalu lahir Orde Baru. Dan di masa Orde Baru itulah dalam upaya mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia melakukan pembangunan-pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya, guna menata kehidupan yang lebih baik. Dimulai dari apa yang dinamakan Pelita I (Pembangunan Lima Tahun I) sampai dengan pelita IV. Keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai prestasi besar bagi rakyat Indonesia.
Namun demikian keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building) para pelaksana pemerintahan (birokrasi). Klimaksnya adalah KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) sudah menjadi budaya. Oleh karena itulah bangsa Indonesia melakukan reformasi. Dengan demikian, sebagai generasi reformasi hendaknya kita menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Lalu apa yang dilakukan saat ini tentu sama beratnya dengan generasi terdahulu. Setelah badai krisis moneter yang berlarut-larut, ditambah pula praktek KKN di segala bidang yang berakibat hancurnya nilai-nilai kejujuran dan keadilan, etika politik, moral hokum, dasar demokrasi dan sendi agama.
4. Sebagai inti Kekuatan di Masa yang Akan Datang
Di era globalisasi, zaman millennium bila kita lihat dan amati begitu cepat arus reformasi yang masuk tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, tentu akan membawa dampak baik positif ataupun negatif.
Oleh karena itulah sebagai generasi muda untuk menghadapi masa datang hendaknya:
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
b. Belajar dengan tekun serta lebih giat lagi. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari penonjolan suku, agama, atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan.
d. Menghindari perbuatan yang merugikan negara seperti KKN.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dr.Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Illahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubah. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektul. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dianggap terbaik. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideologi manakala dia telah meyakini kebenaran ideologi itu.
Sejak bangsa Indonesia merdeka hingga kini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Kita harus sadar bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta membangun bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan itu, kita harus kerja keras guna berhadapan dengan tantangan yang berat, baik bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Marilah kita semua sadar dan renungkan betapa besar pengorbanan para pejuang terdahulu.
B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa sudah seharusnya memahami peran dan tanggung jawab secara utuh sehingga dapat mengoptimalkan peran dan fungsi selaku akademisi yang bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan pun harus sesuai dengan tuntunan syariat demi tercapainya sebuah kegemilangan bagi negeri ini.
Penulis sadar akan ketidaksempurnaan diri. Karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
 Krech et al. 1962. Individual in Society. Kogakusha: McGraw-Hill.
 Widjaja, A. W. 1985. Pola Kepemimpinan dan Kepemimpinan Pancasila. Bandung: Armico.
 http://astaqauliyah.com/category/opini/gerakan-mahasiswa
 http://forum.detik.com/showthread.php?t=43108

Senin, 14 Desember 2009

Tugas ke 3

Narkoba ? Tidak!!!

Nama Narkoba, dia sangat berbahaya jika dikonsumsi. Narkoba telah memakan banyak korban maka dari itu, kita harus menjauhinya. Memang hal tersebut bisa terjadi kepada siapa saja. Korban narkoba tidak hanya orang tua, tetapi banyak juga pelajar yang terpedaya karena berbagai faktor, misalnya : karena ajakan teman yang disebut tidak gaul, kurangnya perhatian orang tua, lingkungan, ekonomi dan pendidikan. Apalagi pada usia remaja sangat rentan dengan emosi yang labil dan tidak sedikit remaja yang kehilangan masa depannya akibat Narkoba.

Narkoba bermacam-macam bentuk dan jenisnya, ada yang berasal dari tanaman yaitu sejenis ganja, ada yang berasal dari bahan campuran kimia biasa disebut Psikotropika yang berbentuk pil, cairan yang disuntikan sejenis obat. Obat itu untuk penyembuh sakit tetapi, jika dikonsumsi melebihi dosis Dokter, bukan menjadi sembuh melainkan merusak kesehatan jiwa.

Memang hal itu tidak penting dari segi manfaat tetapi, untuk ilmu dan pengetahuan kita, tidak ada salahnya kita banyak tahu atau membaca tentang narkoba agar menjadi insan yang berilmu dan selalu berkata” Narkoba? Tidak!!!”.

Rabu, 09 Desember 2009

Tabel 1

08 Desember 2009

MASALAH 1

TEKNIK PENGEMBANGAN 1

Bila anak tumbuh tanpa pendidikan, apa jadinya dengan :

  1. Akhlak mereka
  2. Orang tua
  3. Masa depan
  4. Generasi bangsa

b. Orang tua

c. Masa depan

d. Generasi bangsa

a. Tanyakan apa akibatnya:

- “Apa akibatnya bila mereka tidak berakhlak?”. Jawab : Peribadi mereka rusak.

- “Apa akibatnya bila pribadi rusak?” Jawab : Mereka tidak akan mempunyai kebenaran.

- “Apa akibatnya bila tidak mempunyai kebenaran?”. Jawab : Mereka tidak akan mencapai keberhasilan.

- “Apa akibatnya jika tidak berhasil?”. Jawab : Akan menyesal, risau, galau (stres), menyesal seumur hidup.

b.

- “Apa akibatnya orang tua apabila anaknya tumbuh tanpa pendidikan?” Jawab : Tidak mempinyai sesuatu atau aset yang berharga dalam keluarga.

- “Apa akibatnya tidak mempunyai aset berharga dalam keluarga?” Jawab : Tidak ada generasi penerus.

- Apa akibatnya tidak mempunyai generasi penerus keluarga? Jawab : Tidak mempunyai tujuan.

- “Apa akibatnya tidak mempunyai tujuan” Jawab : Akan salah kaprah dan tidak tahu mana yang benar dan salah.

c.

- “Apakibatnya bila tidak mempunyai masa depan?” Jawab : Tidak akan mempunyai pekerjaan yang layak.

- “Apa akibatnya bila tidak mempunyai pekerjaan?” Jawab : Hidupnya akan susah.

- “Apa akibatnya bila hidup susah?” Jawab Tergantung pada orang tua.

“Apa akibatnya tergantung pada orang lain” Jawab : Tidak bisa menghidupi istri maupun dirinya.

d.

-“Apa akibatnya bila tidak mempunyai generasi bangsa?” Jawab : Tidak ada yang menjaga ketahanan bangsa.

- “Apa akibatnya bila ketahanan bangsa tidak di jaga?” Jawab : Muncul berbagai masalah bangsa.

- Apa akibatnya bila muncul berbagai masalah kepada bangsa?” Jawab : Terjadinya perpecahan.

- “Apa akibatnya bila terjadi perpecahan?” Jawab : timbulnya persaingan yang tidak sehat.

- “Apa akibatnya bila timbul persaingan tidak sehat?” Jawab : Merusak bangsa itu sendiri.

09 Desember 2009

Masalah 2

TEKNIK PENGEMBANGAN 2

Bila tidak ada persatua dan kesatuan

Apa jadinya dengan:

  1. Kepemerintahan
  2. Rakyat
  3. Nasib bangsa

a. – “Apa akibatnya dalam pemerintahan tidak ada persatuan dan kesatuan?” Jawab : Akan terjadi hubungan tidak harmonis.

- “Apa akibatnya bila tidak harmonis?” Jawab : Akan terjadi beda pendapat, mementingkan ego masing-masing atau golongan.

- “Apa akibatnya bila beda pendapat?” Jawab : Akan terjadi perpecahan.

- “Apa Akibatnya bila terjadi perpecahan?” Jawab : Akan timbul masalah seperti demo, teroris, dan perang.

- “Apa Akibatnya bila terjadi perang?” Jawab : Rakyat yang menjadi sengsara atau korban.

b. – “Kenapa harus ada persatuan dan kesatuan?” Jawab : Karena dengan begitu kita menjadi kuat dalam menghadapi segala hal.

- “Kenapa bisa menjadi lebih kuat karena adanya kebersamaan?” Jawab : karena adanya kebersamaan.

- “Kenapa harus ada kebersamaan?” Jawab : karena terciptanya saling mempercayai, menghargai, dan menghormati.

- “Kenapa harus saling mempercayai?” Jawab : Akan terciptanya kerukunan hidup.

- “Kenapa kita harus rukun?” Jawab : Menjadikan dunia menjadi aman dan damai.

10 Desember 2009

MASALAH 3

TEKNIK PENGEMBANGAN 3

Bila sopir ugal –ugalan apa jadinya dengan :

  1. Keselamatan
  2. Peraturan lalulintas
  3. Terjadi macet

b. Pelaturan Lalu Lintas

c. Terjadi macet

a. – “Apa akibatnya bila tidak menjaga keselamatan?” Jawab : Akan terjadi kecelakaan.

- “Apa akibatnya bila terjadi kecelakaan?” Jawab : Merugikan orang lain dan diri sendiri.

- “ Apa akibatnya bila merugikan orang lain?” Jawab : Harus Tanggung jawab moril maupun materil.

- “Apa akibatnya bila tidak bertanggung jawab?” Jawab : berurusan dengan yang berwajib akibat kesalahan kita.

- “apa akibatnya bila berurusan dengan yang berwajib?” Jawab : dipenjara dengan hukuman yang setimpal.

b. – “ Kenapa banyak sopir yang melanggar pelaturan lalu lintas?” Jawab : Karena meraka tidak memahami akan kepentingannya.

- “ Kenapa mereka tidak memahami pelaturan lalu lintas?” Karena mereka tidak menggunakan etika pengemudi yang baik

- “Kenapa mereka tidak menggunakan etika pengemudi?”Jawab : Karena mereka terlalu menyepelekan pelaturan.

- “ Kenapa mereka menyepelekan peraturan?” Jawab : Karena terbatanya ilmu pengetahuan yang dimiliki.

- “Kenapa Ilmu pengetahuan mereka terbatas?” Jawab : karena tidak mendapat pendidikan yang layak.

- Kenapa tidak mendapat pendidikan yang layak?” Jawab : Karena malas atau Faktor ekonomi.

c. – “Apa akibatnya bila sering terjadi macet?” Jawab : Banyak waktu yang terbuang sia-sia.

- “Apa akibatnya bila waktu terbuang sia-sia ?” jawab : kerjaan numpuk.

- “Apa akibatnya bila kerjaan numpuk?” Jawab : tidak profesional.

- “Apa kibatnya tidak profesional ?” Jawab : Tidak di percaya atau disepelekan orang dalam bekerja.

- “Apa akibatnya tidak dipercaya?” Jawab : Tidak punya pekerjaan.

- “Apa akibatnya bila tidak punya pekerjaan?” Jawab : Masa depan suram (Pengagguran).

Rabu, 25 November 2009

Enay Suminar tugas hari ke-3

Assalamualaikum wr wb.

Aduuu…u…u…u…h!!! Bapak Dosen yang terhormat cape de…e…e…h!!! hari gini masih ada di warnet, saya jadi penasaran terus dengan warnet, wah ternyata kalau dah sedikit paham saya jadi keasyikan apalagi kalau sudah mahir. Tapi, saya akan belajar, belajar, dan belajar. Sesuai dengan motto seseorang.

Padahal, saya harus persiapan menyambut lebaran IDUL ADHA Saya harus masak-masak, beres-beres rumah. Meskipun saya belum berkeluarga tapi, siap-siap harus doooong! Sebenarnya saya akui pertama, waktu dituntut bahwa setiap mahasiswa harus punya email, blog, saya kesal tapi, bagaimanapun tugas adalah kewajiban sesusah apapun saya harus propesional dalam menyikapinya.

Dan sekarang saya bersyukur dengan adanya tugas tersebut saya menjadi paham apa itu email, blog, dan melatih jemari saya dalam mengetik. Tidak lupa semua ini berkat bantuan teman-teman saya ucapkan terimakasih kepada semuanya. Dan sekarang saya akan merayakan IDUL QURBAN dengan semangat tanpa tugas yang selalu mengganjal dalam ingatan saya. ALHAMDULLAH.

Kepada Pak mulyawan mana komentarnya??? Mengenai tulisan-tulisan saya ini apapun komentar Bapak saya terima dengan ikhlas dan semoga dapat memotivasi saya dengan terus belajar, belajar, dan belajar.

Enay Suminar tugas hari ke-2

Waktu saya berangkat kuliah, tanpa ada perasaan apa-apa seperti biasa saya naik angkot dua kali untuk sampai ke kampus yaitu STAI Sukabumi. Waktu turun dari angkot ke dua, tepatnya di stopan lampu merah saya menerima telepon dari teman tidak lama kemudian HP saya kantongi kembali dan meneruskan perjalanan menuju kampus.

Hari itu hujan, di perjalan menuju kampus saya berteduh disebuah toko saya berteduh sambil melihat-lihat kekanan dan kekiri, tampa sepengetahuan mungkin dari awal ada orang yang memperhatikan saya menyimpan HP di saku jaket yang saya kenakan, sesudah menerima telepon dari teman saya.

Saat saya meninggalakan toko, sedikit terasa seperti ada yang nyangkut tapi hanya sekejap lalu saya meraba kantong jaket, HP sudah lenyap di copet di tempat kejadian saya sempat bertanya pada orang-orang sekitar kejadian, tapi anehnya di antara mereka tidak ada yang membantu atau pun peduli, malah sebaliknya mereka ngotot dan minta untuk di geledah oleh saya namun saya berfikir percumah melayani omongan mereka, saya jadi takut terlintas dalam benak saya mungkin ini si pencopet bekerja sama lalu saya meninggalkan mereka tanpa berfikir panjang.

Dari kejadian di atas meskipun kesal tapi ada Hikmahnya karena memang kebiasaan saya tidak hati-hati jadi setelah kejadian itu ada pengalaman berharga atau serti peringatan kepada kita bahwa dimanapun kita berada harus waspada dalam segala hal.

Senin, 23 November 2009

TUGAS HARI KE-1

Saya senang hari ini karena saya mendapat uang honor dan uang tunjangan fungsional secara berbarengan jadi saya lebih leluasa dalam mengaturnya, dan Alhamdulillah saya bisa membayar cicilan semester, UTS, membantu sedikit beban keluarga. Namun, sekarang saya agak disibukan dengan urusan rumah karena pada bulan ini saya mencoba hidup mandiri saya mencari rumah kontrakan yang minimalis.
Setelah saya mendapatkan rumah itu , saya mulai beres-beres membawa barang-barang dari rumah lama ke rumah yang baru. Sewaktu saya mengambil barang-barang saya merasa canggung maklum sebelumnya saya tinggal di rumah orang tua tapi bersebelahan dengan rumah bibi dan saya pindah karena ada sesuatu konflik masalah keluarga.
Namun saya mencoba untuk bersikap selayaknya tidak ada masalah apa-apa dan mereka pun bertanya mengapa saya pindah padahal di rumah itu tidak banyak penghuninya tapi saya menjawab dengan alasan yang wajar. Karena dengan kesibukkan saya, jadi saya sering pulang agak malam seperti halnya pulang kuliah dari kampus waktu magrib saya sampai di rumah sekitar jam 19.30. mungkin karena itu alasannya sehingga mereka mengerti dan mengizinkan saya pindah rumah tanpa ada masalah.